Senin, 18 Januari 2010

Mencari Damai Lewat Alam (Refleksi KKN 09)

oleh: Elban Faqih Esa



Pendahuluan

Bagaimana Anda dapat membeli atau menjual langit? Kami tidak memiliki kesegaran udara atau kemilauan air. Maka, bagaimana anda dapat membeli semua itu dari kami? Setiap bagian bumi dianggap keramat oleh suku kami, bersifat suci dalam memori dan pengalaman suku kami. Kami tahu bahwa orang kulit putih tidak memahami jalan kami. Orang kulit putih adalah orang asing yang datang di malam hari dan mengambil dari tanah apapun yang ia butuhkan. Bumi bukanlah teman orang kulit putih, tetapi musuhnya, dan setelah orang kulit putih berhasil menaklukkannya, ia akan bergerak terus. Orang kulit putih menculik bumi dari anak-anaknya. Nafsu orang kulit putih akan mengganyang Bumi dan menjadikannya padang pasir. Jika semua binatang buas menghilang, kami akan mati karena roh kami akan sendirian. Apapun yang terjadi pada binatang buas, akan terjadi juga pada kami. Segalanya berkaitan. Apapun yang menimpa bumi, akan menimpa pula semua anak-anak bumi.

(kutipan jawaban Red Indian, Chief Seatle, terhadap permintaan pemerintah AS untuk dizinkan membeli tanah tradisional milik suku tersebut. 1885)

Peradaban modern yang kapitalistik telah mendorong manusia begitu serakah terhadap lingkungan hidup. Manusia modern terjangkiti oleh penyakit hedonisme yang tidak pernah puas dengan kebutuhan materi. Sebab yang mendasar timbulnya keserakahan terhadap lingkungan ini, karena manusia memahami bahwa sumber daya alam adalah materi yang mesti dieksploitasi untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan materinya yang konsumtif. Pengelolaan lingkungan identik dengan upaya untuk mengoptimalkan sumber daya alam sebagai penyuplai kebutuhan materi semata.Kerusakan dan pencemaran lingkungan, menurut J. Barros dan J.M. Johnston erat kaitannya dengan aktivitas pembangunan yang dilakukan manusia, antara lain disebabkan, pertama, kegiatan-kegiatan industri, dalam bentuk limbah, zat-zat buangan yang berbahaya seperti logam berat, zat radio aktif dan lain-lain. Kedua, Kegiatan pertambangan, berupa terjadinya perusakan instlasi, kebocoran, pencemaran buangan penambangan, pencemaran udara dan rusaknya lahan bekas pertambangan. Ketiga, kegiatan transportasi, berupa kepulan asap, naiknya suhu udara kota, kebisingan kendaraan bermotor, tumpahan bahan bakar, berupa minyak bumi dari kapal tanker. Keempat, kegiatan pertanian, terutama akibat dari residu pemakaian zat-zat kimia untuk memberantas serangga/tumbuhan pengganggu, seperti insektisida, pestisida, herbisida, fungisida dan juga pemakaian pupuk non-organik.

Dampak dari pencemaran dan perusakan lingkungan yang amat mencemaskan dan menakutkan akibat aktivitas pembangunan yang dilakukan manusia secara lebih luas dapat berupa, pertama, pemanasan global, telah menjadi isu internasional yang merupakan topik hangat di berbagai negara.Dampak dari pemanasan global adalah terjadinya perubahan iklim secara global dan kenaikan permukaan laut. Kedua, hujan asam, disebabkan karena sektor industri dan transportasi dalam aktivitasnya menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara yang dapat menghasilkan gas buang ke udara. Gas buang tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar, terutama bahan bakar fosil mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat. Asam tersebut dapat diendapkan oleh hutan, tanaman pertanian, danau dan gedung sehingga dapat mengakibatkan kerusakan dan kematian organisme hidup Ketiga, lubang ozon, ditemukan sejak tahun 1985 di berbagai tempat di belahan bumi, seperti di Amerika Serikat dan Antartika. Penyebab terjadinya lubang ozon adalah zat kimia semacam kloraflurkarbon (CFC), yang merupakan zat buatan manusia yang sangat berguna dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti untuk lemari es dan AC.

Selain kerusakan alamiah semacam itu, secara sosial juga memiliki pengaruh. Sebagai reaksi dari akibat pembangunan dan industrialisasi yang telah menyebabkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan, di seluruh dunia sedang terjadi gerakan yang disebut gerakan ekologi dalam (deep ecology) yang dikumandangkan dan dilakukan oleh banyak aktivis organisasi lingkungan yang berjuang berdasarkan visi untuk menyelematkan lingkungan agar dapat berkelanjutan. Gerakan ini merupakan antitesa dari gerakan lingkungan dangkal (shallow ecology) yang berperilaku eksplotatif terhadap lingkungan dan mengkambinghitamkan agama sebagai penyebab terjadinya kerusakan alam lingkungan. Gerakan ini beranggapan bahwa bumi dengan sumber daya alam adanya untuk kesejahteraan manusia. Karena itu, kalau manusia ingin sukses dalam membangun peradaban melalui industrialsiasi, bumi harus ditundukkan untuk diambil kekayaannya.

Masalah Ideologi

Kedaan demikian akan terkait pada kata diperkenalkan oleh Destutt de Tracy, seorang pemikir perancis yang pertama kali menggunakan istilah ideologi di dalam bukunya Elements d’ideologie pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Artinya, mencari perdamaian menuntut pemahaman ideologi dan sekaligus kritik atas ideologi yang menjadikan masyarakat buas terhadap alam dan sebagainya. Dalam kerangka umum kita bisa mengambil definisi ideologi dari Microsoft Encarta Encylopedia (2003) yang menawarkan definisi agak komprehensif, yakni suatu sistem kepercayaan yang memuat nilai-nilai dan ide-ide yang diorganisasi secara rapi sebagai basis filsafat, sains program sosial ekonomi politik yang menjadi pandangan hidup, aturan berfikir, merasa, dan bertindak individu atau kelompok.

Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang dominan kepada seluruh anggota masyarakat (definisi ideologi Marxisme).Dewasa ini yang menjadi praktis dan menguat justru kapitalisme. Berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan porak-porandanya Uni Soviet menempatkan Kapitalisme Amerika melaju menjadi ideologi dunia. Tidak setiap negara memang, tetapi dengan hanya satu-satunya negara Adi Kuasa, ia menjadi rujukan beberapa negara yang ingin berkembang. Sementara Islam—tanpa pretensi untuk membuka perdebatan tentang apakah ia bentuk ideologi atau bukan—sejak hancurnya dinasti Abbasiyah semakin belum lagi memunculkan optimismenya.

Kaptalisme, seperti yang telah dijelaskan di muka, menganggap Individu diatas segalanya serta menganggap masyarakat hanyalah kumpulan individu-individu (individualisme) belaka, menjadikan materi yang di dapat sebagai tolak ukur kebahagiaan dan menekankan setiap individu memiliki kebebasan tidak terbatas, menempatkan ideologi ini menjadi rakus-serakah. Betapa tidak, karena manusia tidak terbatas serta kebahagiaan diukur dari materi yang didapat, maka setiap orang harus memberondong sumber daya alam seperti saat melahap musuh di medan perang. Tentu saja secara ekonomis, pertumbuhan ekonomi dunia meningkat. Hanya saja pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat ternyata malah membuat kebutuhan-kebutuhan dari pada memuaskan manusia. Semua itu terjadi karena manusia saat memproduksi dihadapkan pada batasan-batasan fisik. Hal ini akan terkait dengan alam yang terbatas tetapi terus di eksploitasi.

Cara pandang seperti ini menuntut manusia sedapat mungkin melakukan produksi untuk kepentingan akumulasi modalnya. Dalam kapitalisme manusia, atau lembaga yang kuat adalah dia yang memiliki modal banyak. Agar mendapat modal banyak syaratnya manusia harus bisa menguasai alam. Dengan demikian dengan eksploitasi yang terus-menerus alam akan menemukan titik nadirnya menjadi hancur dan sumber penyakit kehidupan. Di sinilah muncul gerakan yang berusaha mereservasi alam, yaitu gerakan ekologi. Gerakan Ekologi bukan merupakan gerakan para ahli biologi, tetapi gerakan orang-orang yang menganggap bahwa ide ekologi memiliki implikasi sosial dan politik yang besar terhadap cara orang hidup dan berpikir tentang realitas. Ekologi pada arti definitifnya adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Namun karena berkaitan langsung dengan interaksi antara organisme dan lingkungan gerakan ekologi menjadi gerakan sosial yang ingin memperbaiki bumi dari tingkah laku manusia yang menempatinya.

Gerakan Ekologi Sebagai Kritik Atas Kapitalisme

Proses penguasaan alam dimulai dengan perkembangan sains fisik dan pandangan materialistik yang menyertainya, secara perlahan-perlahan mengakibatkan Revolusi Industri. Keadaan ini memberi manusia potensi untuk menghancurkan alam yang belum pernah terjadi, dan setidak-tidaknya di barat. Produksi yang lebih besar, eksploitasi yang lebih besar terhadap sumber daya alam, dan keuntungan yang lebih besar, semua ini menjadi dewa baru dan terus demikian sejak itu. Masyarakat industri telah berkembang dengan penjarahan terhadap alam secara serampangan. Pemulihan atas kerusakan itu pun harus melewati waktu cukup panjang. Orang-orang berharap suatu saat akan muncul sebuah teknologi yang dapat mempermudah semua urusan dan permasalahan kehidupan. Padahal ilmu pengetahuan dan teknologi sesungguhnya telah usai menciptakan temuan utamanya, karena setiap aktifitas produktif bergantung kepada peminjaman atas sumber daya yang terbatas dari planet ini dan pengorganisasian suatu rangkaian pertukaran di dalam sebuah sistem multi-equilibrium yang sesungguhnya rentan.

Pernyataan tersebut semata untuk mengatakan bahwa aktifitas manusia dibatasi oleh alam. Pertumbuhan ekonomi nol persen seperti yang dibayangkan oleh para ekonom modern untuk mensiasati kelangkaan sumber daya alam pada dasarnya hanya sebuah kamuplase, sebab sejatinya bukan tentang konsumsi yang berlebih yang menjadi permasalahan tetapi mengurangi aktifitas produksi yang tidak sesuai kebutuhan. Artinya untuk berbicara masalah ekologi, tidak dapat melupakan Kapitalisme sebagai sebuah ideologi yang dituduh atau mengawali adanya gerakan ekologi.

Pada paruh abad ke-20 terjadi keresahan dunia pada kemungkinan petaka yang akan menelan umat manusia. Menipisnya ozon, kelebihan penduduk, penipisan sumber alam, kehancuran hutan, musnahnya spesies, peracunan tanah dan laut serta udara mendorong berkembangnya gerakan lingkungan di setiap negara maju. Mereka berasal dari kelompok kiri baru dan tertarik karena radikalisme persoalan ini. Gerakan ekologi ini kemidian sering disebut sebagai gerakan hijau karena ide-ide yang dibangun selalu tentang penghijauan sebagai simbol keutamaan alam dan kedamaian. Orang-orang Kiri Baru adalah orang yang menolak kapitalisme dan sosialisme; curiga pada birokrasi dan organisasi secara berskala luas; berusaha mentransformasi kesadaran modern, dan suka bereksperimen dengan jalan hidup alternatif melalui kelompok-kelompok kecil anarkis (yang didasarkan pada kebersamaan dan tanpa adanya dominasi atau alienasi).

Penolakan mereka mereka terhadap kapitalisme jelas karena akar pemikiran kelompok ini dari Karl Marx. Dimulai dari tulisan-tulisan awal Marx terutama dalam Manuskrip Paris tahun 1844. Marx mencurigai teori-teori yang membatasi manusia secara sosial dan politik, misalnya, teori yang menggambarkan manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya mementingkan dirinya sendiri, agresif dan kompetitif. Dia percaya bahwa sifat dasar manusia adalah makhluk yang mengekspresikan dirinya melalui pelbagai cara yang berbeda di setiap masa. Artinya manusia memiliki sifat transformatif dalam dirinya yang menjadikannnya menjadi masyarakat sosialis atau komunal. Marx pada dasarnya menyadari tentang adanya keinginan pemenuhan kebutuhan dalam diri manusia seperti halnya dalam pengertian kaum kapitalis. Ia pun percaya fakta masyarakat yang paling mendasar adalah hakikat organisasi ekonominya, yakni cara produksinya. Hal ini mencakup dua hal: pertama, metode produksi (tipe pertanian atau industri), kedua bagaimana produksi terkait dengan masyarakat, yakni siapa yang menajdi pemilik perusahaan dan siapa yang menajdi pekerja. Distribusi kekayaan dan kerja menjadi landasan terciptanya kelas. Pada konteks ini Marx menyatakan karena setiap masyarakat memiliki sistem kelas, maka akan selalu terjadi pemisahan secara fundamental antara mereka yang memiliki alat produksi (kelas penguasa) dan mereka yang menjadi pekerja.

Masalahnya hubungan krusial antara substruktur dan elemen masyarakat akan tampak ketika kelas penguasa merasa butuh untuk mempertahankan kekuasaanya. Serta merta mereka akan mempengaruhi penguasa untuk membuat kebijakan yang dapat mengamankan modal mereka melalui seni, pendidikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian unsur-unsur ini membantu pemilik modal mempertahankan kekuasaannya dan menjadikan hal ini seolah-olah alami, benar dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Marx sejatinya menunjuk kesadaran masyarakat pekerja yang dikelabui oleh bujuk rayuan kaum kapitalis.
Setelah Federich Engel meninggal, tidak ada lagi seseorang yang dapat menerjemahkan gagasan Marx secara otentik tentang ide dan strateginya. Berawal dari Edward Bernstein, seorang pengikut Marx di Jerman, mengemukakan dunia belum bergerak seperti yag Karl Marx harapkan. Kenyataannya kaum borjuis semakin terus bertambah dan kaum pekerja semakin hidup makmur serta memiliki pengaruh secara politik. Untuk itu seharusnya meninjau kembali, mengubah prediksi dan program kerjanya. Kaum Marx harus menerima doktrin-doktrin ‘sosialisme evolusioner’ yang berbeda dengan sosialisme revolusionernya Karl Marx. Dari pergeseran paradigma ini bergeser pulalah dari penunjukkan Marx atas perubahan kesadaran menjadi gerakan masa politis yang yang terus bergulat dalam peperangan dan tegangan-tegangan kepentingan lainnya.

Perubahan haluan ini mengilhami penafsiran marxisme yang lebih segar, terkadang disebut sebagai neo-marxisme. Mereka kembali kepada tulisan-tulisan awal Karl Marx yang lebih humanistik, yang bergulat dengan alienasi manusia, keterpecahan kehidupan manusia dan perlunya pembebasan. Pemikiran dari kelompok ini dikenal pula sebagai Madzhab Frankfrut. Hadir tokoh-tokoh di sini, seperti, Max Horkheimer, Teodor Adorno dan Herbert Marcus, tida tokoh generasi pertama madzhab ini. Madzhab Frankfrut mementingkan analisis Marx tentang kesadaran dan menuduh Engel dan Lenin serta para pengikutnya telah mendistorsi ide gagasan Marx awal mulanya. Mereka tertarik pada hubungan antara konsep alienasi dengan teori-teori psikologi modern, seperti psikoanalisis. Gaya pemikiran mereka dikenal sebagai ‘teori kritis’ yang mencerminkan aspirasi mereka untuk menciptakan sebuah bentuk analisis Marxis yang mengungkapkan sifat menindas dari masyarakat modern tanpa harus mendasarkan pada analisis kelas dan ekonomi politik. Ide-ide ini beredar secara luas dan banyak digemari oleh kaum muda di Jerman. Bersamaan dengan gerakan-gerakan yang mereka inspirasi, terutama gerakan protes Mahsiswa di Jerman pada tahun 1960, secara kolektif mulai dikenal sebagai kaum Kiri Baru. Dari gerakan dan ide-ide pemikir inilah lahir gagasan perlindungan terhadap alam, ekploitasi dan sebagainya. Dengan demikian gerkan ekologi sebenarnya adalah kritik terhadap paham kapitalisme yang terus gencar menancapkan kuku tajamnya untuk merobek-robek dunia. Ekologi pun pada akhirnya menjadi masalah sosial sekaligus politik yang keluar sebagai akibat dari beberapa pandangan ideologi dunia. Pandangan-pandangan tersebut di atas secara praktis membawa perubahan-perubahan sosial yang tidak akan dapat berhenti. Mungkin, seperti kata Marx memberikan penjelasan untuk merubah kesadaran masyarakat adalah yang terpenting yang dapat dilakukan.

Merefleksi Lingkungan Hidup

Perspektif Hijau bukan hanya seperangkat solusi persoalan lingkungan, melainkan merupakan sebuah teori lengkap kemanusiaan dan kemasyarakatan. Manusia adalah bagian dari alam dan harus hidup harmoni dengan alam, atau menghadapi resiko kehancuran. Alam dan organisme lain yang hidup di dalamnya merupakan satu kesatuan yang menyebabkan kedudukannya terhadap lingkungan stabil sekaligus terikat dan tidak bebas. Artikulasi reflektif untuk mendukung lingkungan hidup adalah dengan menyediakan panduan penting untuk transformasi masa depan. Giddens mengatakan, bagi mereka yang yang mengasosiasikan modernitas dengan kapitalisme dan industrialisme gerakan buruh merupakan gerakan sosial yang sangat penting keberadaannya. Gerakan sosial menyediakan petunjuk bagi kemungkinan masa depan dan sebagian menjadi kendaraan untuk merealisasikan tersebut.

Pertanyaan tentang apakah manusia dalam menciptakan kebudayaan akan semakin menyempurnakan lingkungan atau justru merusak lingkungan? Seperti halnya binatang, walau dalam mengolah alam tidak bisa seperti manusia, ia mempunyai insting untuk memenuhi kebutuhan biologisnya dan hanya mengambil begitu saja dari alam tanpa melebihi dari kebutuhannya.Manusia pun tidak luput dari kebutuhan ini sekaligus tidak terikat seluruhnya pada kebutuhan ini saja. Seperti halnya lingkungan, manusia bukanlah diberikan oleh alam melinkan harus dibangun dan dikembangkannya sendiri dalam kebudayaan termasuk kebutuhan manusia termasuk sesuatu yang berkembang di dalam dan bersama dengan kebudayaan.

Pada kasus kapitalistik semacam di atas terdapat dugaan dalam membangun lingkungan yang manusiawi dalam kebudayaannya, manusia pada dasarnya berorientasi kepada kepentingan dan kebutuhannya sendiri, dan tidak terutama kepada kepentingan dan kebutuhan alam. Ini juga menunjukkan bahwa perkembangan dan evolusi kebutuhan manusia rupanya jauh lebih cepat dari pada evolusi kesadaran tentang keterbatsan alam. Berarti pengetahuan manusia untuk memanfaatkan alam jauh lebih dulu pengetahuannya dari pada pengetahuannya untuyk melindungi dan menyelamatkan alam.

Hal ini tidak dapat dipungkiri dari metode ilmu pengetahuan Aristotelian dan Cartessian yang berujung pada era modernitas seperti sekarang ini. Aristotalian dengan prosedur kausalitasnya menempatkan manusia sebagai penguasa alam. Pernyataan tentang sebab-akibat yang di dasarkan pada premis-premis yang dibuat sendiri, membuat manusia pada akhirnya dapat berpikir tentang kebutuhan-kebutuhan untuk dirinya sehingga terpenuhi semua kebutuhannya. Sementara Cartessian yang menempatkan alam sebagai dunia ‘diluar dirinya’ menjadikan manusia begitu egosentris. Sedikit sekali dalam hal ini dapat membuat manusia mengerti sesuatu yang di luar dirinya. Jelaslah tidak ada tuntutan tanggung jawab di dalamnya. Akhirnya dua pandangan ini sejatinya mesti digabungkan. Bukan berarti manusia harus tunduk kepada alam, tetapi berlaku solider terhadap alam. Akal dan kebebasan manusia tidak perlu lagi dilihat sebagai alat kebangkitan dan kebebasan manusia dari lingkungan alam, tetapi sebagai kebebasan dan pengertian untuk menjaga alam. Ada hubungan keawajiban pada keduanya, sama-sama ciptaan Penguasa.






DAFTAR PUSTAKA

Adams, Ian,1993. Ideologi Politik Mutakhir; Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya. Yogyakarta : Qalam, 2004

Ensikopedi elektronik online, http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi

Giddens, Anthony, Kosekuensi-Konsekuensi Modernitas (Penerjemah : Nurhadi), Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005

Gorz, Andre, Anarki Kapitalisme, (Yogyakarta: Resist Book, 2005)

Kleden, Ignas, Sikap Ilmiah Dan Kritik Kebudayaan, Jakarta : LP3S, 1987

Siahaan, dalam Harun Husein, Lingkungan Hidup, Jakarta: Bumi Aksara, 1992