Jumat, 14 Agustus 2009

SAJAK-SAJAK PENCINTA

24 Desember 2006

Tentang Kesetiaan…
Aku akan pulang membawa dada dalam keresek dan mengecup bau rumah yang gelisah.
Aku juga rindu ruang remang itu, sebab mencintaimu dengan nyanyi dan kembang api telah ditempuh semua orang.
Tak ada anak yang harus aku suapi atau snack yang kadaluarsa.
Kebisuan menghambur begitu saja menjadi selimut yang lebih dingin dari puisi.
Dan kau tak selalu kuat menahan gigilnya..
Aku akan pulang…
Membiarkan kau geledah bungkusan dan mengharap ketenangan didalamnya.
Sementara diluar sana, orang-orang terjebak petasan..


25 Desember 2006

Tentang Kerinduan…
Aku pasti menjumpaimu dalam kedap malam nan pekat
Membawa kerincing pigura hijau dikerling mata terpampang senyum..
Dan aku mencintaimu dalam nada menari menimba kidung
Tak ada dinding yang harus ku cat
Tak ada jua jendela yang harus ku ketuk dan buka..
Dan kau…datang merengkuh mengulum senyum, melumat bibir, simpangkan jari di pintu api
Aku akan menjumpaimu, barangkali dikening dahi. Lalu biarkan orang bersorak tak acap, acap saat…


15 Januari 2007

Bagaimana kalau begini saja tuhan…
Kupinta dia untukku setiap saat, dan jika kau beri…….
Maka kau menjadi jaminan bahwa dia akan menjadi pendampingku menuju Mu.
Sebab ku yakin kaupun tak rela jika ku menyimpang dari Mu…
Kau nampak begitu cantik bagi ku, anggaplah aku mencintai makhlukmu karena Kau, dan hanya karena Engkau!
Bila Kau tak rela,,maka jangan kau berikan…
Aku untukmu saja…


18 Januari 2007

Sejak saat kamu pernah menggores hatiku..
Sejak saat kamu pernah buat aku cemburu…
Sejak saat aku sering tidak atau salah memahami kamu..
Aku masih meyakinimu bahwa kmau orang baik yang kupilih..
Aku masih memilihmu seperti yakinku akan baikmu
Terima kasih atas sayangmu, akan aku jaga, akan aku rawat,,
Sebab, jika aku harus jujur, kau nyaris menjadi NADIKU !!


23 Januari 2007

Demi cinta yang menyatukan jiwamu dengan yang engkau kasihi..
Aku mengasihimu karena kebenaranmu yang diturunkan dari pengetahuanmu.
Kebenaran yang tidak dapat kulihat karena ketidaktahuanku..
Namun, aku menghargainya sebagai hal yang fitrah
Kebenaranmu akan berjumpa dengan kebenaranku dikehidupan, seperti semerbak bunga-bunga menjadi satu kebenaran utuh yang kekal.
Hidup selamanya dalam kekekalan cinta dan keindahan.


10 Juli 2007 00:03

Dalam sinar, ada belai lembut menyapa anugerah. Meresap kesetiap seluk sandi mungkin sedang berirama.
Dalam sinar, ada helai sayang mengumbai lambai terai resap mengembara santai.
Dalam sinar, peluk hangat berirama berganti ganti saling sisik di pagi, dilesah siang, diredap malam.
Dalam sinar, berganti ganti puja alem. Dikutipnya peluh kesah kesederhanaan.
Dalam sinar, ada senandung biru. Relung bijak, bait sajak, tetap benak, mengenangmu adalah hal terindah.


16 Juli 2007 00:13

Terdengarlah kabar bulu cendrawasih tersisih dari kumparan ringai riasnya.
Karena terbang diesok hari berpijak batu.
Seakan lusa adalah duplikat kemarin, maka ia pun bersenda dengan angin tanpa risau.
Pikirnya ini sepoi, tenang dan halus. Ia bagai sedang dibelai, dikasih, disayang dan dicinta ditambah pula dengan tabuh semak.
Menambah irama dan tentu saja aroma karena semak itu adalah melati.
Nampak semayu bulu terjatuh. Kenapa tersenyum? Bulu itu bukan limpahan pualam. Ia senyum, senyumnya sendiri.


19 Juli 2007 03:08

Kukemas dirimu seperti lembayung sauh. Kidung ranai hati putih.
Oh, bila malam tak terlalu larut ku kibas mata seperti saat picik jentik mengibu.
Tapi dirimu ingin kutulis seperti melati halamanku, lebat harum penuh madu.


22 Juli 2007 04:28

Dalam tersesap benak kasidah dipenghujung dengar dan ucap. Dihening kutipan nada teriring salam cayo.
Dalam kelemahan batin dan raga, tengadah tangan meminta.
Pabilakah kekasih tersenyum kembali ?
Dalam butir sendu bertalu embun, mungkin pula beriring melati mekar dihalaman, kenapa terberi sakit pada kekasih yang ingin selalu menjaga.
Dalam gelisik fajar, kepala tertunduk, sudahkan, sudahkanlah tuk menyakiti seperti sakitnya.
Sudahkamlah, kenapa tak beri pula raga. Biarkan ia bahagia dengan orang-orang yang telah lebih dulu mengenalnya orang baik.
Seperti saat harmoni mentari dan pagi tiba, berilah kekasih hikmahnya.
Semoga cepat sembuh, aku pasti berdo’a untukmu.


12 Januari 2008 03:14

Suatu ketika, kalbu memandu raga pada perjumpaan diklimak ufuk persandian.
Alangkah indah menawan rupa yang ayu sayu temaram. Teduh. Bilakah sua dalam terang…


23 Januari 2008 01:43

Ditaman ini, mengingatmu adalah keindahan.
Bentang cakrawala. Langit emas mengurung semilir ruang rasa dan kemurnian. Tulus. Seadanya…..


20 Januari 2008 11:26

Angin suci memanggil kecil di bibir pintu.
Padamu yang berceloteh suara. Dititik-titik kanvas kuning.
Lukisan masa depan..


23 Agustus 2007 22:31

Untuk temaram malam yang tiada terbendung.
Untuk sentak larut yang mungkin sebentar lagi menghanyut.
Untuk sekian detik yang telah terlalui dan kurasa sempurna.


24 Agustus 2007 22:23

Bagaimana aku memanjamu? Apa seperti ilalang di kemarau panjang, renyah gemerisik saat sepoi tiba tapi hangus terbakar saat api mencela.
Apa seperti sabana penanti, tidak peduli musafir mana yang datang.
Asal besi pada tongkat terjejak, maka ia adalah sahabat yang mencandu. Kerinduan datang karena dirinya sunyi.
Apa seperti ringik kuda yang membelai, padahal tiada rasa. Baginya ringikan akan jadikan dirinya terharap.
Mungkin lebih baik seperti batu, memberi lumut kehidupan padahal menjadikannya lapuk.
Tapi, kau katakan saja kau bahagia, maka aku akan tertawa.


28 Agustus 2007 18:40

Ia menari, tidak pernah kulihat sebelum ini.
Ia bernyanyi, pernah kudengar tapi suaranya tidak pernah semerdu itu.
Hey, sejak kapan ia suka berjingkrak-jingkrak?
Matanya masih tajam semangat seperti dulu. Badanya tak pernah layu selalu membahu. Jarang ia tersenyum seperti sekarang.
Kapan ia berleha-leha begitu? Oh, rupanya sudah tuntas tugasnya. Sudah tunai amanahnya. Sudah Kabul cita-citanya. Sudah hilang sedihnya. Sudah tutup catatannya. Sudah laksana tekadnya. Sudah bertemu cintanya dikampung halamannya.
Hmm,,pantas saja, ia telah ketemu maunya, bertemu Tuhannya.
Selamat bahagia, bapak…..

3 komentar:

Anonim mengatakan...

kusimpan wajahmu dalam.............ok bro lanjutkan......karna di dunia ini bhanyak orang perlu sajak2

Anonim mengatakan...

asap kelam membumbung ke angkasa kabut hitam menerawang......ternyata kebakaran dimana2 akibat kemarau ya bro.....???????

Elban Faqih Esa mengatakan...

Kos(boh)ong, puisi selanjutnya....